MBUHRANGERTI BLOG'S

Berjalan Setapak Demi Setapak

Belajar Toleransi dari Fenomena Azizah KDI 2015

image

Lazimnya sebuah ajang pencarian bakat adalah munculnya bintang baru untuk menilai kesuksesan acara tersebut. Seperti halnya KDI 2015 yang di prakarsai salah satu stasiun TV Nasional, merupakan sebuah acara ajang pencarian bakat musik dangdut dengan peserta dari seluruh penjuru Nusantara, yang pada puncaknya tadi malam, melahirkan sang juara Mahesya dari Pekanbaru dan runner up Azizah dari Maumere, Nusa Tenggara Timur. Tentu saja diharapkan semuanya termasuk kontestan yang lebih dulu tereliminasi, kedepanya menjadi bintang baru yang bisa mewarnai blantika musik dangdut Indonesia.

Berakhirnya KDI 2015 menyisakan satu hal yg bagi saya sangat menarik dari kontestan KDI 2015 Azizah dalam konteks hubungan interaksi dengan para Pendukungnya. Bagi yang mengikuti rutin acara ini pasti tahu siapa saja dibelakang kesuksesan Azizah mencapai babak final KDI 2015.Hampir setiap acara selalu disebutkan para pendukungnya dari kalangan pejabat pemerintah sampai tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat. Hal ini sering disampaikan oleh salah satu juri yang terkenal pedas dan menyengat komentar-komentarnya, iya mba Bertha namanya, salah satu penyanyi melayu yang saya kagumi selain almarhum Mashabi. Mba bertha sering menyampaikan pesan-pesan dari masyarakat Maumere NTT, bahkan juga Papua. Dan yang jadi perhatian saya adalah pesan yang secara rutin selalu disampaikan berupa dukungan dari beberapa keUskupan, terutama dari Maumere tempat tinggal Azizah.

Padahal kita tahu latar belakang Azizah adalah beragama Islam, sedangkan masyarakat Maumere mayoritas beragama Katolik. Tapi seperti halnya bahasa Musik yang universal, fenomena Azizah mengingatkan kita tentang makna toleransi yang tidak memandang apapun sebagai penghalang, apalagi hanya berdasarkan rasa curiga berlebihan karena berbeda keyakinan. Hal yang saat ini sering jadi headline negatif dimana-mana, dan tentu saja membuat miris kita semua. Kekerasan dan diskriminasi SARA seakan tak pernah absen dari pemberitaan. Sehingga kadang muncul pertanyaan apakah sudah luntur rasa kebhinekaan kita yang sudah dibangun berpuluh-puluh tahun, bahkan sebelum Indonesia Merdeka.

Tapi melihat berbagai dukungan dan antusias seperti yang saya utarakan diatas tadi, serta kebahagiaan, keriangan dan kesukariaan masyarakat di timur Indonesia itu seakan menjawabnya. Ini bisa kita lihat saat Azizah pulang ke Maumere, tidak ada batasan apapun yang ada adalah rasa sukacita, dan kegembiraan dari ribuan warga Maumere, kita bisa lihat dari wajah-wajah dan senyum sumringah mereka. Bahkan seperti Azizah utarakan juga, banyak masyarakat turun gunung hanya untuk berkumpul & bergembira bersama Azizah. Hal inilah yang sering tidak dimunculkan di media.

Dibalik itu semua ada satu nilai yang saya anggap penting, bahwa sejatinya toleransi bisa terwujudkan dalam beragam media, termasuk dalam ajang kontes musik dangdut yang ditampilkan Azizah dengan masyarakat Maumure dan Indonesia Timur pada umumnya, tanpa memandang latar belakang agama atau sekat-sekat apapun, hal yang sering membuat sebagian dari kita terpecah belah. Tanpa harus tahu pengertian dan difinisinya mereka bisa mempraktekanya dengan sukacita, apaitu toleransi. Ini berbanding terbalik dengan mereka yang sering ditampilkan di televisi dengan gelar pendidikan berderet atau mereka yang memakai atribut-atribut keagamaan, tapi hobinya provokasi dan bertengkar satu sama lain karena merasa paling benar sendiri. Ini yang menurut saya membedakan Azizah dengan peserta lainnya.

Kita seharusnya bisa belajar kepada mereka makna Kebhinekaan yang jadi falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti yang tertulis dalam lambang negara kita.
Bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua, Indonesia.
Mohon maaf dan koreksinya apabila ada yang salah.

Terima kasih Azizah, terima kasih Maumere,….

Buat Azizah teruslah berkarya, ini adalah kemenangan tertuda, didepan telah menanti sebuah kesuksesan yang sesungguhnya.

Maumere.. kalau masih ingat e,..
Jangan lupa Maumere manis e,..

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar